KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Sudjoko, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata cara bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Senawar Jaya, 15 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 1
2.1 Pendekatan Pembelajaran Holistik dan Konstruktivisme 2
2.2 Pendekatan Belajar Experiential Learning dan Multiple
Intellegence 4
BAB III PENUTUP 7
3.1 Simpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar
sebagai suatu proses psikologis sering merupakan sesuatu yang tidak mudah
dipahami dengan baik. Proses psikologis dalam diri anak yang belajar mengandung
misteri. Artinya proses psikologis yang disebut belajar itu selalu mengandung
persoalan yan sulit dipecahkan secara tuntas oleh suatu pendekatan tunggal,
pembahasan belajar oleh satu pendekatan tertentu selalu berujung dengan
persoalan baru yang sulit.
Tidak
ada suatu pendekatan belajar yang mengklaim dapat menjawab semua persoalan yang
terkait dengan proses psikolgis belajar secara lengkap dan tuntas. Suatu
pendekatan belajar selalu bertitik tolak dari suatu sudut pandang tertentu yang
sudah pasti berbeda dengan pendekatan belajar yang lain yang bertitik tolak dari
sudut pandang yang berlainan. Jadi kemampuan suatu pendekatan untuk menjelaskan
proses psikologis belajar itu sangat terbasa dan berbeda-beda.
Upaya
untuk mencapai tujuan pengembangan tersebut peran seorang pendidik dalam
kegiatan pelaksanaan pembelajaran sangat besar, karena guru dituntut dalam
melaksanakan proses dalam pengelolahan kelas terutama pada kegiatann belajar
dan pembelajaran dilaksanakan secara langsung.
1.2
Tujuan
1.2.1
Untuk
mengetahui beberapa pendekatan pembelajaran.
1.2.2
Supaya
memiliki pemahaman yang kaya dan beragam tentang belajar.
1.2.3
Supaya
kita dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan dan
materi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Pembelajaran Holistik Dan
Kontruktivisme
2.1.1 Pengertian
dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran Bagi Guru
Teori
dapat diartikan sebagai seperangkat hipotesis yang di organisasikan secara
koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang terjadi di dilingkungan
nyata. Tugas atau karakteristik suatu teori adalah :
a.
Memberikan
suatu kerangka kelja konseptual mengenai sesuatu yang dapat dijadikan sebagat
dasar bagi suatu penelitian.
b.
Memberikan
gilflrprinsip yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.
Sarwono S.W (1987) menjelaskan beberapa fungsi teori yaitu :
1.
Fungsi
deskfipsi, fimgsi eksplanasi, fungsi prediksi dan fungsi penelitian dan
pengembangan.
2.
Fungsi
deskripsi berarti suatu teori itu untuk menggambarkan suatu yang terjadi dalam
lingkungan yang apa adanya tanpa dibuat-buat jadi harus obyektif.
3.
Fungsi
ekplanasi artinya suatu teori itu harus memberikan penjelasan tentang suatu
fenomena yang komplek menjadi penjelasan yang rasional, sistematis, dan mudah
dipahami.
4.
Fungsi
prediksi adalah bahwa suatu teori itu harus dapat memprediksi, memperkirakan
atau meramalkan teljadina sesuatu atau dasar pristiwa sebelumnya.
5.
Fungsi
pengujian adalah bahwa suatu teori itu harus menguji fenomena terkini dan
mengembangkan teon yang baru Disisi lain pembelajaran merupakan suatu fenomena
yang kompleks dan berdimensi jamak, sehingga muncul berbagai pendekatan yang
berbeda-beda.
Dantes (1996) mengemukakan bahwa
suatu pendekatan pembelajaran biasanya dibangun atas dasar posisi pemahaman tertentu
tentang apa hakikat, fokus yang dipentingkan, bagaimana cara-cara pencapaian
nya serta asumsi-asumsi penerapannya. Fungsi pendekatan pembelajaran adalah
memberikan suatu pemahaman tentang suatu atau cara pembelajaran yang dianggap
efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.
2.1.2 Pendekatan Pem belajaran Holistic Dan Kontruktivisme
Pendekatan olistik atau terpadu
dalam pembelajaran, diilhami oleh psikologi Gestalt yang dipelopori oleh Wertheimer,
Koffl<a, dan Kohler. Menurut mereka, objek atau peristiwa tertentu akan
pandang oleh individusebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Dengan
kata lain, individu akan member makna terhadap suatu objek atau peristiwa,
tennasuk dalam pembelajaran. Produk pembelajaran seyogiyanya tidak dilihat
dampaknya terhasap salah satu aspek individual anak, melainkan harus dan keseluruhan
aspek yang mencangkup dimensi fisik, sosial, kognitif, emosi, moral dan
kepribadian secara utuh.
2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme
Menurut Von Glaserfrld, membedakan
tiga level pengetahuan dan kenyataan yaitu :
1.
Kotruktivisme
radikal mengabaikan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria
kebenaran bagi kaum radikal pengetahuan adalah suatu pengaturan atau grganisai
dari suatu objek yang dibentuk oleh seseorang.
2.
realisme
hipotetik, memandang pengetahuan sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur
kenyataan dan sedang berkembang menuju pengetahuan yang sejati yang dekat
dengan realitas
3.
Kotruktivisme
yang diasa masih melihat pengetahuan sebagai satu gambaran yang dibentuk dari
kenyataan suatu objek selain itu pandangan kotruktivisme juga menghendaki guru
untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak. Beberapa hal yang
diperlukan untuk menyokong pendekatan berorientasi pada anak-anak.
§ Pertama, orientasi mengajar tidak hanya untuk pencapaian prestasi
akademik
§ Kedua, topik-topik yang dipelajari yang dipelaji dapat berdasarkan
pengalaman anak yang relevan
§ Ketiga, metode mengajar harus berorientasi pada anak dengan sifat
yang menyenangkan
§ Keempat, kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan
orang lain mendapat priolitas
§ Kelima, bahan pembelajaran dapat diambil dari bahan yang konkret
§ Keenam, penilai tidak hanya terbatas pada aspek kognitif semata
§ Ketujuh, keenam hal tersebut membawa implikasi gum, yang harus
menampilkan diri sebagai gum dalam proses pembelajaran, dan bukan hanya sekedar
mentransformasikan pengetahuan kepada anak.
2.2
Pendekatan Belajar Experiential Learning Dan Multiple Intelligence
2.2.1
Pendekatan Belajar Berdasarkan Pengalaman
Proses belajar merupakan siklus dari empat kegiatan yaitu :
1.
anak
mengalami pengalaman konkret
2.
anak
melakukan observasi dan rfleksi terhadap pengalaman
3.
anak
membentuk konsep abstrak an generalisari dan
4.
anak
melakukan eksperimentasi atau pengujian konsepdalam situasi baru
2.2.2 Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak
a.
konsep
dasar multiple intelligence
ungkapan
Howard Gadner, ia memandang bahwa ruang lingkup potensi manusia melebihi skor
IQ dan tidak terbatas hanya pada kemampuan memecahkan masalah dan mengahsilkan
produk. Gadner (Amstrong 1994) telah melakukan kemampuan pemetaan kemampuan
manusia kedalam tujuh kategori kecerdasan yang lebih komperensif, yaitu :
§ Pertama, kecerdasan bahasa adalah kapasitas menggunakan kata-kata
secara efektif baik secara lisan maupun tulisan.
§ Kedua, kecerdasan matematika dan logika, adalah kapasitas
menggunakan angka secara efektif.
§ Ketiga, kecerdasan pemahan ruang adalah kemampuan mengamati ruang
dan visual secara akurat serta melakukan transformasi terhadap persepsi.
§ Keempat, kecerdasan adalah kemampuan menggunakan anggota tubuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan menggunakan tangan
mentransformasikan sesuatu.
§ Kelima, kecerdasan musical.
§ Keenam, kecerdasan interpersonal.
§ Ketujuh, kecerdasan intrapersonal.
Hal yang penting tentang pendekatan
multiple intelegence adalah :
1.
setiap
individu memiliki ketujuh kecerdasan yang bersifat unit.
2.
induvidu
mengembangkan masing-masing intelegensinya, sesuai dengan tingkat perkembangan.
3.
Masing-masing
kecerdasan saling memiliki keterkaitan menjadi system yang kompleks.
1.
Terdapat
beragam cara umtuk menjadi intelligent dalam setiap kategori kecerdasan
Pendekatan
multiple intelegence pada dasarnya menentukan pada hal yang terbaik yang dapat
dilakukan guru. Diluar penggunaan buku teks, dan papan tulis yang di harapkan
dapat membangkitkan aktivitas berpikir anak.
Tujuh
langkah untuk mengembangkan kmikulum yang berbasis pendekatan ini, yaitu:
1.
Focus
pada topik dan tujuan khusus
2.
Munculkan
pertanyaan multiple intelegence
3.
Pertimbangkan
segala kemungkinan
4.
Ada
curah pendapat
5.
Pilih
aktivitas yang cocok
6.
Kembangkan
urutan tindakan
7.
Implementasikan
rencana yang telah dibuat
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Peran guru dalam proses membelajarkan anak semakin penting karena
dimensi depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian
pengetahuan kepada anak, melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah
anak belajar.
Penerapan pendekatan pembelajaran akan sangat bergantung pada
kreatifitas anda sebagai guru. Artinya, keunggulan dari masing-masing
pendekatan itu tidak dapat diterapkan secara langsung melainkan harus
disesuaikan kembali sesuai dengan konteks sosio – budaya Indonesia.
3.2
Saran
Sebagai guru kita diharuskan banyak belajar dan mencari informasi
tentang cara mengajar yang baik. Mencari informasi tentang materi olah metode
bahkan bahan ajar yang dapat membantu kita dan mempermudah dalam menyampaikan
informasi atau materi kepada siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Amstrong, T (1994). Multiple
Intellegenci In the Class Room. Alexandria: Association for Supervision and
Curiculum Development.
Dahar, Ratna Wilis. (1996), Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga
Dantes N. (1996). Landasan-landasan
Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud (tidak diterbitkan)
Depdikbud. (1998). Perkembangan
dan Belajar Peserta Didik, Jakarta: Depdikbud
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendrojuwono W. (1990). Pengaruh
Experiential Learning terhadap Peningkatan Ketahanan Ego dan Kontrol Ego.
Disertasi. Bandung: Program, Pascasarjana UNPAD.
Julaeha, Siti. (2007). Belajar
melalui Pengalaman. Jakarta: Depdiknas – Universitas Terbuka.
Kolb, D. (1984). Experiential
Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Englewood
Cliffs: Pretice Hall.
Semiawan, Conny R. (Ed). (1999). Perkembangan
dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud (tidak diterbitkan)
Surya, Mohammad. (2004). Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Qurasy.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Pandangan Konstruktivisme. Jurnal
Pendidikan. No. 2/1999. Bandung: FIP IKIP Bandung.
Woolfolk, A. (1993), Educational
Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar