Sabtu, 14 Mei 2016

MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK DI SD

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Sudjoko, M.Pd. yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata cara bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.


Senawar Jaya, 15 April 2016


Penyusun


DAFTAR ISI


Halaman Judul                                                                                                i
Kata Pengantar                                                                                               ii
Daftar Isi                                                                                                         iii
BAB I PENDAHULUAN                                                                             1
1.1  Latar Belakang                                                                              1
1.2  Tujuan                                                                                           1
BAB II            PEMBAHASAN                                                                               1
2.1  Pendekatan Pembelajaran Holistik dan Konstruktivisme             2
2.2  Pendekatan Belajar Experiential Learning dan Multiple
Intellegence                                                                                   4
BAB III PENUTUP                                                                                       7
3.1  Simpulan                                                                                       7
3.2  Saran                                                                                             7
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                8


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Belajar sebagai suatu proses psikologis sering merupakan sesuatu yang tidak mudah dipahami dengan baik. Proses psikologis dalam diri anak yang belajar mengandung misteri. Artinya proses psikologis yang disebut belajar itu selalu mengandung persoalan yan sulit dipecahkan secara tuntas oleh suatu pendekatan tunggal, pembahasan belajar oleh satu pendekatan tertentu selalu berujung dengan persoalan baru yang sulit.
Tidak ada suatu pendekatan belajar yang mengklaim dapat menjawab semua persoalan yang terkait dengan proses psikolgis belajar secara lengkap dan tuntas. Suatu pendekatan belajar selalu bertitik tolak dari suatu sudut pandang tertentu yang sudah pasti berbeda dengan pendekatan belajar yang lain yang bertitik tolak dari sudut pandang yang berlainan. Jadi kemampuan suatu pendekatan untuk menjelaskan proses psikologis belajar itu sangat terbasa dan berbeda-beda.
Upaya untuk mencapai tujuan pengembangan tersebut peran seorang pendidik dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran sangat besar, karena guru dituntut dalam melaksanakan proses dalam pengelolahan kelas terutama pada kegiatann belajar dan pembelajaran dilaksanakan secara langsung.

1.2         Tujuan
1.2.1   Untuk mengetahui beberapa pendekatan pembelajaran.
1.2.2   Supaya memiliki pemahaman yang kaya dan beragam tentang belajar.
1.2.3   Supaya kita dapat menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan dan materi pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pendekatan Pembelajaran Holistik Dan Kontruktivisme
          2.1.1  Pengertian dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran Bagi Guru
Teori dapat diartikan sebagai seperangkat hipotesis yang di organisasikan secara koheren mengenai sesuatu atau serangkaian fenomena yang terjadi di dilingkungan nyata. Tugas atau karakteristik suatu teori adalah :
a.             Memberikan suatu kerangka kelja konseptual mengenai sesuatu yang dapat dijadikan sebagat dasar bagi suatu penelitian.
b.             Memberikan gilflrprinsip yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.
Sarwono S.W (1987) menjelaskan beberapa fungsi teori yaitu :
1.             Fungsi deskfipsi, fimgsi eksplanasi, fungsi prediksi dan fungsi penelitian dan pengembangan.
2.             Fungsi deskripsi berarti suatu teori itu untuk menggambarkan suatu yang terjadi dalam lingkungan yang apa adanya tanpa dibuat-buat jadi harus obyektif.
3.             Fungsi ekplanasi artinya suatu teori itu harus memberikan penjelasan tentang suatu fenomena yang komplek menjadi penjelasan yang rasional, sistematis, dan mudah dipahami.
4.             Fungsi prediksi adalah bahwa suatu teori itu harus dapat memprediksi, memperkirakan atau meramalkan teljadina sesuatu atau dasar pristiwa sebelumnya.
5.             Fungsi pengujian adalah bahwa suatu teori itu harus menguji fenomena terkini dan mengembangkan teon yang baru Disisi lain pembelajaran merupakan suatu fenomena yang kompleks dan berdimensi jamak, sehingga muncul berbagai pendekatan yang berbeda-beda.
Dantes (1996) mengemukakan bahwa suatu pendekatan pembelajaran biasanya dibangun atas dasar posisi pemahaman tertentu tentang apa hakikat, fokus yang dipentingkan, bagaimana cara-cara pencapaian nya serta asumsi-asumsi penerapannya. Fungsi pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang suatu atau cara pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.

2.1.2  Pendekatan Pem belajaran Holistic Dan Kontruktivisme
Pendekatan olistik atau terpadu dalam pembelajaran, diilhami oleh psikologi Gestalt yang dipelopori oleh Wertheimer, Koffl<a, dan Kohler. Menurut mereka, objek atau peristiwa tertentu akan pandang oleh individusebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Dengan kata lain, individu akan member makna terhadap suatu objek atau peristiwa, tennasuk dalam pembelajaran. Produk pembelajaran seyogiyanya tidak dilihat dampaknya terhasap salah satu aspek individual anak, melainkan harus dan keseluruhan aspek yang mencangkup dimensi fisik, sosial, kognitif, emosi, moral dan kepribadian secara utuh.

2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme
Menurut Von Glaserfrld, membedakan tiga level pengetahuan dan kenyataan yaitu :
1.             Kotruktivisme radikal mengabaikan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran bagi kaum radikal pengetahuan adalah suatu pengaturan atau grganisai dari suatu objek yang dibentuk oleh seseorang.
2.             realisme hipotetik, memandang pengetahuan sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan sedang berkembang menuju pengetahuan yang sejati yang dekat dengan realitas
3.             Kotruktivisme yang diasa masih melihat pengetahuan sebagai satu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek selain itu pandangan kotruktivisme juga menghendaki guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak. Beberapa hal yang diperlukan untuk menyokong pendekatan berorientasi pada anak-anak.
§    Pertama, orientasi mengajar tidak hanya untuk pencapaian prestasi akademik
§    Kedua, topik-topik yang dipelajari yang dipelaji dapat berdasarkan pengalaman anak yang relevan
§    Ketiga, metode mengajar harus berorientasi pada anak dengan sifat yang menyenangkan
§    Keempat, kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain mendapat priolitas
§    Kelima, bahan pembelajaran dapat diambil dari bahan yang konkret
§    Keenam, penilai tidak hanya terbatas pada aspek kognitif semata
§    Ketujuh, keenam hal tersebut membawa implikasi gum, yang harus menampilkan diri sebagai gum dalam proses pembelajaran, dan bukan hanya sekedar mentransformasikan pengetahuan kepada anak.

2.2         Pendekatan Belajar Experiential Learning Dan Multiple Intelligence
2.2.1   Pendekatan Belajar Berdasarkan Pengalaman
Proses belajar merupakan siklus dari empat kegiatan yaitu :
1.             anak mengalami pengalaman konkret
2.             anak melakukan observasi dan rfleksi terhadap pengalaman
3.             anak membentuk konsep abstrak an generalisari dan
4.             anak melakukan eksperimentasi atau pengujian konsepdalam situasi baru
2.2.2  Pendekatan Pembelajaran Kecerdasan Jamak
a.             konsep dasar multiple intelligence
ungkapan Howard Gadner, ia memandang bahwa ruang lingkup potensi manusia melebihi skor IQ dan tidak terbatas hanya pada kemampuan memecahkan masalah dan mengahsilkan produk. Gadner (Amstrong 1994) telah melakukan kemampuan pemetaan kemampuan manusia kedalam tujuh kategori kecerdasan yang lebih komperensif, yaitu :
§    Pertama, kecerdasan bahasa adalah kapasitas menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan.
§    Kedua, kecerdasan matematika dan logika, adalah kapasitas menggunakan angka secara efektif.
§    Ketiga, kecerdasan pemahan ruang adalah kemampuan mengamati ruang dan visual secara akurat serta melakukan transformasi terhadap persepsi.
§    Keempat, kecerdasan adalah kemampuan menggunakan anggota tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan menggunakan tangan mentransformasikan sesuatu.
§    Kelima, kecerdasan musical.
§    Keenam, kecerdasan interpersonal.
§    Ketujuh, kecerdasan intrapersonal.
Hal yang penting tentang pendekatan multiple intelegence adalah :
1.             setiap individu memiliki ketujuh kecerdasan yang bersifat unit.
2.             induvidu mengembangkan masing-masing intelegensinya, sesuai dengan tingkat perkembangan.
3.             Masing-masing kecerdasan saling memiliki keterkaitan menjadi system yang kompleks.
1.             Terdapat beragam cara umtuk menjadi intelligent dalam setiap kategori kecerdasan
Pendekatan multiple intelegence pada dasarnya menentukan pada hal yang terbaik yang dapat dilakukan guru. Diluar penggunaan buku teks, dan papan tulis yang di harapkan dapat membangkitkan aktivitas berpikir anak.
Tujuh langkah untuk mengembangkan kmikulum yang berbasis pendekatan ini, yaitu:
1.             Focus pada topik dan tujuan khusus
2.             Munculkan pertanyaan multiple intelegence
3.             Pertimbangkan segala kemungkinan
4.             Ada curah pendapat
5.             Pilih aktivitas yang cocok
6.             Kembangkan urutan tindakan
7.             Implementasikan rencana yang telah dibuat



BAB III
PENUTUP

3.1         Simpulan
Peran guru dalam proses membelajarkan anak semakin penting karena dimensi depan guru tidak lagi merupakan sumber informasi atau penyampaian pengetahuan kepada anak, melainkan lebih merupakan fasilitator yang mempermudah anak belajar.
Penerapan pendekatan pembelajaran akan sangat bergantung pada kreatifitas anda sebagai guru. Artinya, keunggulan dari masing-masing pendekatan itu tidak dapat diterapkan secara langsung melainkan harus disesuaikan kembali sesuai dengan konteks sosio – budaya Indonesia.

3.2         Saran
Sebagai guru kita diharuskan banyak belajar dan mencari informasi tentang cara mengajar yang baik. Mencari informasi tentang materi olah metode bahkan bahan ajar yang dapat membantu kita dan mempermudah dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa.













DAFTAR PUSTAKA


Amstrong, T (1994). Multiple Intellegenci In the Class Room. Alexandria: Association for Supervision and Curiculum Development.
Dahar, Ratna Wilis. (1996), Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dantes N. (1996). Landasan-landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud (tidak diterbitkan)
Depdikbud. (1998). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta: Depdikbud
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendrojuwono W. (1990). Pengaruh Experiential Learning terhadap Peningkatan Ketahanan Ego dan Kontrol Ego. Disertasi. Bandung: Program, Pascasarjana UNPAD.
Julaeha, Siti. (2007). Belajar melalui Pengalaman. Jakarta: Depdiknas – Universitas Terbuka.
Kolb, D. (1984). Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development. Englewood Cliffs: Pretice Hall.
Semiawan, Conny R. (Ed). (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud (tidak diterbitkan)
Surya, Mohammad. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Qurasy.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Pandangan Konstruktivisme. Jurnal Pendidikan. No. 2/1999. Bandung: FIP IKIP Bandung.
Woolfolk, A. (1993), Educational Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar